Widget HTML Atas

Iklan responsive

Chapter 13

Chapter 13

Disclaimer :

Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*

Warning :

OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. Di larang mengcopy tanpa seijin author.

.

.

Peringatan...!

Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.

.

Enjoy for read

.

But

.

Don't like Don't Read

.

.

[ Chapter 13 ]

.

.

.

[Sakura pov.]

[FlashBack]

"Lagu ini untukmu." Ucap pemuda itu dan menunjukku, tak lupa melemparkan senyum malunya padaku.

"Dasar gombal!"

"Hahaha, cepat sana nyanyi!"

"Tidak perlu pamer!"

"Nyanyi saja."

"Sudah! Jangan banyak gaya!"

Suara riuh itu tak menjadi masalah padaku, aku hanya terfokus pada alunan gitarnya yang lembut dan suaranya yang begitu dalam, saat dia bernyanyi seperti hanya ada dia sendirian, suara riuh itu menjadi tenang di setiap intonasi alunan gitar dan suaranya begitu sesuai dan sangat indah.

Dia sudah pandai bermain gitar dan bernyanyi saat SMP dulu, namun itu hanya sekedar hobi, dia akan sering bernyanyi untukku, aku senang, karena dia begitu baik dan perhatian padaku, aku menjadi semakin suka padanya, bahkan saat dia mengatakan suka padaku.

"Aku tahu ini terdengar bodoh, aku suka padamu, aku ingin kita memiliki hubungan yang lebih." Ucapnya, wajah itu terlihat tersipu malu, rambut ikal merah terangnya, tatapan sayup dan wajah yang cukup imut itu, padahal dia seorang pemuda.

Akasuna Sasori, kami berpacaran setelah dia mengatakan hal itu padaku, aku juga menyukainya, aku hanya tak menyangka jika perasaanku ini akan terbalas, aku hanya berpikiran jika dia baik padaku sebatas teman kuliah saja, namun itu tak sesuai pemikiranku.

"Tidak ada yang namanya ucapan bodoh." Ucapku dan tersenyum.

Aku menerimanya, hubungan kami begitu harmonis hingga banyak yang iri padaku, kadang aku membawanya bertemu kedua orang tuaku di Suna, kedua orang tuaku tinggal di sana, ayah pun memiliki pekerjaan di kota Suna dan ibu hanya tinggal di rumah.

Ayah dan ibu begitu menyukainya, dia anak yang baik, patuh, dan sangat pandai mengambil hati kedua orang tuaku.

"Aku tak bisa menjanjikan apapun, tapi setelah aku sukses, aku ingin bersanding dengan Sakura." Ucapnya, seakan itu adalah sebuah lamaran di awal, kedua orang tuaku setuju saja, mereka tahu latar belakang keluarga Akasuna, ayah dan ibu tak akan sibuk mengurus keputusan kami.

Hubungan kami semakin baik, bahkan itu sampai ke keluarga.

Namun.

"Dimana Sasori?" Tanyaku pada salah satu temannya, mereka cukup dekat.

"Aku tak tahu." Ucapnya.

Kenapa dia tak tahu? Mereka selalu terlihat bersama, di balik ucapan tak tahunya itu, mereka diam-diam membicarakanku dari belakang, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan mereka.

"Hahaha, aku mengajak Sasori kencan buta saat itu."

"Sungguh?"

"Iya, gadis itu cantik jauh lebih cantik dari pacarnya, mereka seperti sudah menjalin hubungan."

"Sasori itu terlalu banyak untung, satu gadis saja tak cukup."

"Hahaha, dia memang seperti itu."

"Apa pacarnya tahu?"

"Entahlah, kemarin Sakura datang padaku, tapi aku katakan, aku tak tahu, padahal hari itu Sasori pamit padaku jika dia ada kencan."

Aku mendengar segalanya, pemuda yang aku cintai dan aku pikir kami memiliki pemikiran yang sama, semuanya hanya kebohongan besar.

Saat kami bertemu kembali.

Plaak!

"Ada apa denganmu!" Ucapnya marah, aku menamparnya dengan keras.

"Apa maksudmu dengan apa? Hiks...~ aku lelah, kita akhiri saja hubungan ini." Ucapku, aku tak bisa menahan diri untuk tak menangis.

"Aku tak mengerti, kenapa kita harus putus? Bukannya hubungan kita baik-baik saja?" Ucapnya, mencoba memelukku tapi aku berusaha mendorongnya dengan kuat.

"Pergi! hikss... pergi saja ke gadis yang kau sukai itu!" Teriakku.

"Aku sungguh tak mengerti." Ucapnya, masih dengan tatapan bingung itu.

"Aku sudah tahu kau berbohong padaku, aku harap kita tak perlu bertemu lagi." Ucapku.

Bergegas pergi, meskipun Sasori bersikeras menahanku, aku pun tak ingin tetap bersamanya.

Hubungan indah ini berakhir.

Serasa baru saja bangun dari mimpi dan tak begitu menyadari keadaan sekitar, aku lelah dengan perasaan yang masih ingin memiliki ini, aku sudah harus benar-benar bangun dan sadar jika cinta itu tak selamanya indah, kau akan terus buta jika tak melihat fakta yang ada.

Setelah beberapa minggu tak bertemu, tanpa sengaja aku melihatnya pergi bersama gadis itu, dia memang gadis yang cantik, aku bahkan sebagai seorang gadis menganggap wajah itu cantik, Sasori terlihat bahagia dan rasa sesak ini kadang menyiksaku.

Ketika lulus, aku memikirkan masa depan yang cerah dengan bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan di Konoha, kedua orang tuaku mendukung apapun keputusanku, mereka membiarkanku pergi, membiarkanku hidup mandiri dan selama aku meninggalkan Suna, aku berharap tak pernah bertemu Sasori, aku bahkan tak mengatakan pada kedua orang tua jika hubunganku dengan Sasori kandas begitu saja, mereka mungkin berpikir akulah yang tak bisa menjadi gadis yang baik untuk pacarnya, hati mereka sudah di ambil olehnya dan dia pun pergi begitu saja.

[Ending FlashBack]

.

.

.

.

"Aku senang kau datang dan mau berkumpul bersama kami." Ucap Sasori.

"Kami bahkan tak menyangka jika kau berada di Konoha, apa kau mengejar Sakura hingga sekarang? Kami berpikir Sakura seperti tidak peduli padamu dan pergi begitu saja." Ucap ibuku.

Bukan seperti itu!

"Sekarang berkumpul seperti ini jadi terasa begitu menyenangkan, Sakura kemarilah, nak. Kau tidak mungkin melupakan pemuda yang pernah kau bawa ke rumah 'kan? Sekarang dia benar-benar menjadi orang yang sukses." Ucap ayah.

Menatap mereka, rasanya aku ingin teriak dan memaki-maki Sasori, dia benar-benar masih pandai mengambil hati mereka, aku tak ingin bertemu seperti ini.

"Bagaimana kalian bisa bertemu?" Tanyaku penasaran.

"Ibu masih menyimpan nomer ponsel Sasori, dia yang mengajak kami ketika ibu mengatakan kami berada di Konoha." Jelas Ibu.

"Aku ingin berbicara denganmu Sasori." Ucapku, mengajaknya menjauh dari kedua orang tua.

"Apa-apaan ini!" Ucapku, marah.

"Tenanglah, kenapa kau begitu marah? Aku ingin menjamu kedua orang tuamu dengan baik." Ucapnya.

"Apa kau lupa jika hubungan kita sudah berakhir?"

"Aku akan memperbaiki kesalahanku."

"Aku tidak mau, sebaiknya kita tak perlu saling mengenal lagi."

"Aku sudah minta maaf padamu, dan aku ingin berbicara lebih denganmu, tapi saat itu Sasuke tiba-tiba menarikmu pergi, dia bahkan menyiram wajahku dengan air, apa sekarang kau sedang menjalin hubungan dengannya?"

"Itu bukan urusanmu lagi."

"Itu masih menjadi urusanku, aku punya janji besar padamu, ketika aku sukses-"

"-Cukup, kita tidak bisa kembali, aku harap kau menerimanya."

"Apa kau tak tahu kenapa kedua orang tuamu mencariku dan memintamu datang?"

"Aku tidak peduli."

"Kalau begitu kita kembali dulu dan dengar ucapan kedua orang tua." Ucapnya.

Rencana busuk apa lagi yang akan di lakukannya? Cukup saat di membuatku hampir gila hanya karena terpaksa putus darinya, dan dia menjalin hubungan begitu mesra dengan gadis yang di dapatnya dari kencan buta itu.

Berusaha tenang, Sasori mengajakku kembali ke kedua orang tuaku, tatapan mereka terlihat senang saat melihat kami bersama.

"Sakura hal penting yang ingin kami katakan adalah, kami akan menjodohkanmu dengan Sasori, bagaimana Sasori?" Ucap ibu.

Gila! Ini sungguh gila! Aku tak percaya, apa yang Sasori lakukan hingga kedua orang tua seperti hanya menatap satu pria saja di dalam hidupku?

"Aku dengan senang hati akan melakukannya, bibi, sekarang aku sudah sukses, aku harus memenuhi janjiku pada kalian dan juga Sakura."

"I-ini terlalu mendadak, bu, aku tak bisa." Ucapku.

"Kenapa? Kalian sudah bersama cukup lama, Sasori bahkan terus mencarimu di saat kau pergi dari Suna." Ucap Ibu.

"Ini tak seperti yang ibu bayangkan, aku dan Sasori telah putus sebelum aku lulus." Ucapku, aku ingin menjelaskannya sekarang juga, aku tak bisa bersama Sasori.

"Aku tahu, dulunya kita memiliki pemikiran yang berbeda hingga harus berpisah, sekarang bagaimana jika kita memulai awal yang baru lagi Sakura." Ucap Sasori, bahkan dengan ucapan manis itu aku tak sudi bersamamu.

"Sakura, kau sudah cukup umur untuk menikah, setidaknya kami sangat setuju jika orang itu adalah Sasori." Ucap ayah, ibu pun setuju dengan ucapan ayah.

"Lalu, dimana gadis yang kau pacari itu, Sasori? Kau bahkan tidak peduli padaku lagi saat itu." Sindirku.

"Gadis yang mana? Aku hanya punya satu pacar dulunya dan itu hanya kau, Sakura."

Braak!

Memukul meja di hadapanku dengan keras. "Omong kosong apa ini! Aku tidak ingin menikah atau bahkan menjalin hubungan apapun denganmu!" Teriakku, marah.

"Sakura! Jaga omonganmu! Sasori begitu baik padamu, kenapa kau bersikap sangat buruk sebagai seorang gadis?" Tegur ibu.

"Ibu tak tahu jika dialah yang buruk!" Tegasku.

"Sakura, jaga sikapmu." Tegur ayah.

"Jika kalian lebih memihak Sasori, kalian bisa menjadikannya sebagai anak kalian, permisi, aku ada kesibukan." Ucapku dan bergegas pergi, aku bahkan tak peduli pada kedua orang tuaku.

Terburu-buru memanggil taksi dan saat ini aku hanya duduk termenung di samping pintu apartemen Sasuke, meskipun punya akses untuk masuk, tapi aku tidak bisa seenaknya begitu saja tanpa adanya Sasuke bersamaku.

Sekarang masih jam 9 malam, Sasuke belum selesai dengan jadwal kegiatannya, aku bisa menunggunya disini, tidak masalah, rasanya lelah, bukan karena pekerjaanku hari ini, aku lelah membela diriku dan Sasori yang pandai memutar balikkan fakta, aku tak mengerti bagaimana pandangan orang tuaku pada Sasori? Mereka selalu saja memandang dia pria yang sempurna untukku.

Dreet..dreeet..dreeet..

Triingg...~

23 panggilan tak terjawab. ::Ibu.

7 pesan. :: Ibu.

Mematikan ponselku, aku tak ingin melihat panggilan ibu sementara waktu, aku tetap tidak akan setuju dengan rencana mereka ini.

[Ending Sakura pov.]

.

.

TBC

.

.


update...~

di chap ini ada sedikit flashback yaa... ya meskipun sedikit nyebelin Sasori wajib hadir.

.

.

see you next chap!


« First « Prev Ch 13 of 40 Next »

var pubid = '5015141190574356'; var adsid = '1507490071'; var width = '320'; var height = '50'; var idz = 'tolol'; function Shuffle(o) { for(var j, x, i = o.length; i; j = parseInt(Math.random() * i), x = o[--i], o[i] = o[j], o[j] = x); return o; } var packages = [ 'com.fahmigg.mobile', ]; var admob = [ [ ''+pubid+'', ''+adsid+'', ], ]; Shuffle(packages); var loop = packages.length - admob.length; var x = 0; while(x < 1 * admob.length){ for (var i = 0; i < packages.length - loop; i++) { var source_banner = 'https://googleads.g.doubleclick.net/mads/gma?preqs=0&u_sd=1.5&u_w=300&msid='+ packages[i] +'&cap=a&js=afma-sdk-a-v3.3.0&toar=0&isu=W%27+Math.floor%28Math.random%28%29*9%29+%27EEABB8EE%27+Math.floor%28Math.random%28%29*99%29+%27C2BE770B684D%27+Math.floor%28Math.random%28%29*99999%29+%27ECB&cipa=0&format='+width+'x'+height+'_mb&net=wi&app_name=1.android.'+ packages[i] +'&hl=en&u_h=%27+Math.floor%28Math.random%28%29*999%29+%27&carrier=%27+Math.floor%28Math.random%28%29*999999%29+%27&ptime=0&u_audio=4&u_so=p&output=html®ion=mobile_app&u_tz=480&client_sdk=1&ex=1&client=ca-app-pub-'+ admob[i][0] +'&slotname='+ admob[i][1] +'&caps=inlineVideo_interactiveVideo_mraid1_clickTracking_sdkAdmobApiForAds&jsv=18" target="_blank" height="'+height+'" width="'+width+'" frameborder="0" scrolling="no" width="0" height="0" marginwidth="0" marginheight="0"'; } document.write(''); x++; }
Iklan responsive