Chapter 15
Disclaimer :
Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*
Warning :
OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. Di larang mengcopy tanpa seijin author.
.
.
Peringatan...!
Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.
.
Enjoy for read
.
But
.
Don't like Don't Read
.
.
[ Chapter 15 ]
.
.
.
[Sakura pov.]
Pukul 05:40
Menyentuh pipiku, tamparan ibu cukup keras, rasanya masih sakit, untung saja tidak mengenai wajah Sasuke, ibu bahkan tak tahu jika pria itu gila menuntut apapun, tapi aku harus berterima kasih padanya dan juga kemarin dia lebih tenang saat menghadapi ibu, aku pikir dia akan naik darah dan marah-marah, dia sudah banyak membantuku, dia berani juga berbicara pada ibuku, atau dia dan ibu sebenarnya dua orang yang cocok, sama-sama keras kepala dan sama-sama galak (tukang marah).
Memulai aktifitasku seperti biasanya, ayah dan ibu masih tertidur, bau yang enak tercium dari arah dapur, melihat meja makan dan semangkok sup, apa ibu repot-repot bangun lebih awal memasaknya untukku?
Aku tahu, ibu sangat galak, tapi setelah itu, dia akan menjadi ibu yang baik. Menghabiskan semangkuk sup itu dan bergegas, aku pun harus minta maaf padanya, ibu bahkan tak tahu siapa dia, untung saja aku melindunginya, para fans Sasuke pasti tidak akan menerima jika wajah artis favoritnya terluka.
Pip!
"Huaaah!"
Aku benar-benar terkejut, kenapa dia duduk di lantai dengan menyelimuti tubuhnya seperti itu?
"Ka-kau mengagetkanku!" Ucapku.
Melirik sekitar, tidak ada Kabuto di sofa, Sasuke berada di lantai depan pintu, apa artinya dia tidur sendirian kemarin malam? Aku jadi kasihan padanya, dia melawan rasa takutnya sendirian, menghampirinya dan berjongkok di hadapannya.
"Aku sudah datang." Ucapku dan mengusap-ngusap pelan puncuk kepalanya, dia benar-benar seperti anak kecil jika sedang seperti ini.
"Kenapa kau menghadangnya dengan wajahmu kemarin?" Ucapnya, memegang tanganku yang tengah mengusap kepalanya dan menurunkannya perlahan.
"Aku tidak apa-apa." Ucapku, rasanya terlihat aneh melihatnya seperti ini, dia sedang dalam mode tenang, atau bisa di katakan sedang menjadi anak yang tak rewel.
"Apa kau suka jika wajahmu terluka? Selalu saja melukai wajahmu." Ucapnya, marah.
"Lebih baik wajahku terluka dari pada wajahmu. Kau seorang artis, banyak pihak akan menuntut seseorang yang melukaimu, apa kau tak memikirkan hal itu?" Ucapku. Apa dia sedang lupa ingatan jika dia adalah artis terkenal? Banyak sponsor yang akan kecewa jika melihat wajahnya terluka, lagi pula dia sempat mengatakan jika tubuhnya ini di asuransi, bisa-bisa dia menuntut ibuku.
"Berhenti melukai wajahmu." Ucapnya, tatapanku melebar saat tangan itu menyentuh bekas tamparan ibu, menyentuhnya perlahan dan sedikit mengusapnya, ada rasa tergelitik saat tangan besar itu menyentuh wajahku. "Wajahmu akan semakin jelek, sudah jelek tambah jelek, bagaimana pria akan melirikmu jika wajahmu saja tak jelas." Ejeknya.
"Sudah! Aku mau bekerja." Ucapku, menepis kasar tangannya dan beranjak pergi dari hadapannya.
Ke-kenapa dia! Membuat malu saja! Wajahku terasa memanas, aku bahkan tak sedang demam, dia membuatku jadi salah tingkah seperti ini.
.
.
.
.
Jadwal kegiatan Sasuke hari ini adalah syuting iklan dan juga pemotretan, bersama artis wanita yang sangat aku harapkan kami tak perlu bertemu kembali, sekarang kami bertemu.
"Ternyata kau semacam asisten Sasuke yaa, aku harap kau sudah melupakan hal yang terjadi, aku juga ingin minta maaf." Ucapnya dan memasang wajah sok ramah itu.
Cih! Mau sebaik apapun kau mengubah sikapmu, tetap saja aku tak akan percaya, sikap aslimu sudah terlihat jelas, lagi pula, menatap Sasuke, dia begitu cuek dengan artis yang bernama Ino ini, Sasuke bahkan tak peduli dia berbicara baik padaku, sebelumnya dia membentakku hanya karena kesalahannya sendiri.
Kembali mengingat saat Sasuke mengatakan dia tak mengenalnya, itu sungguh lucu, beberapa artis kadang akan senang berjumpa dengan artis lainnya, namun berbeda dengan Sasuke, aku rasa dia tak pernah menyapa mereka duluan, malah sebaliknya, mereka akan berusaha menyapa Sasuke, meskipun di balas datar.
"Apa yang terjadi kemarin? Sasuke bahkan tak memberiku kabar." Tanya Kabuto padaku, kami sedang menunggu Sasuke yang tengah melakukan syuting bersama Ino.
"Kau tahu, pria yang aku ceritakan padamu?" Ucapku, Kabuto mengangguk. "Kedua orang tuaku merencanakan pernikahanku dengannya, aku yakin jika kedua orang tuaku benar-benar buta terhadapnya."
Melihat gelagat Kabuto yang membuatku risih, dia menahan diri agar tidak tertawa.
"Ini tak lucu!" Tegasku, selalu saja dia akan menertawai apapun.
"Aku sungguh tak percaya, kau akan menikahi pria semacam itu, orang tuamu punya selera yang buruk untuk ukuran seorang menantu."
"Dan sekarang Sasuke ingin berpura-pura menjadi pacarku dan mengundang kedua orang tuaku makan malam, ini jauh lebih parah!" Ucapku.
"Uhm... jadi Sasuke membantumu?"
"Seharusnya aku bisa atasi keadaan ini, tapi ibuku jauh lebih keras kepala, sekarang aku harus bersandiwara dengan Sasuke."
"Tenang saja, dia raja akting, kau tak akan kecewa."
"Bukannya kecewa semacam itu! Aku jadi harus berbohong pada kedua orang tuaku."
"Berbohong atau kau tetap akan menikah? Semuanya tergantung darimu."
Ucapan Kabuto ada benarnya juga, aku tetap harus memilih, kali ini aku benar-benar minta maaf pada kedua orang tuaku jika harus membohongi mereka.
Kembali menatap Sasuke, sejujurnya aku sedikit tidak terima saat melihat Sasuke harus menjadi partner Ino, aku harap Sai menjadi partnernya kembali, walaupun Sasuke akan marah padanya, setelah kasus berita bohong itu, Sasuke jadi terus memarahiku jika berdekatan dengannya, padahal yang harus di salahkan itu orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu.
Di lihat bagaimana pun, mereka seperti pasangan yang sempurna, Ino itu sangat tinggi dariku, wajahnya terlihat blasteran, mungkin saja memiliki campuran orang luar negeri, dia memang sangat cocok jadi artis tapi tidak dengan sikapnya, jadi artis pun tak seluruhnya memiliki sikap yang baik, aku hanya baru menemukan Sai yang memiliki sikap baik meskipun dia artis.
Setelah kegiatan mereka berakhir, Ino terlihat menahan Sasuke agar tidak pergi, mereka tengah berbicara, wajah wanita itu terlihat malu-malu dan sangat senang saat berbicara pada Sasuke, tapi itu tak berlangsung lama, Sasuke berbalik dan pergi, aku rasa Ino seperti belum menyelesaikan ucapannya, tatapan itu tiba-tiba mengarah padaku, kenapa Ino menatapku seperti itu? Dia menatap kesal padaku.
"Apa yang kau lihat?"
Tanpa sadar Sasuke sudah berdiri di hadapanku.
"Ti-tidak ada."
Sejak tadi aku hanya terus memperhatikan mereka, bukannya aku tak suka, mereka memang cocok, tapi ini membuatku risih.
"Kegiatan selanjutnya-"
"-Tidak, hari ini batalkan dulu, aku dan Sakura sedang punya rencana." Potong Sasuke saat Kabuto akan mengatakan jadwal kerjanya.
"Baiklah, aku akan mengantar kalian pulang saja." Ucap Kabuto dan tersenyum padaku, apa arti dari senyumannya itu? Apa dia sedang mendukungku bersama Sasuke untuk membohongi kedua orang tuaku? Dia pun tak terlihat menahan Sasuke, Kabuto mendengarkan apapun yang Sasuke ucapkan.
.
.
Saat kembali Sasuke langsung saja masuk ke dalam kamar mandi, dia seperti orang yang begitu suka mandi, duduk di sofa dan menunggu hingga jam rencana kami.
Tringg..~
:: Ibu.
Ibu tak tahu apa maksud dari hadiah pria itu, dia sampai mengirimkan gaun malam untuk ibu dan juga jas untuk ayah.
Sasuke mengirim pakaian untuk ayah dan ibu?
:: Sakura.
Pakai saja, bu, aku yakin dia ingin mengajak ibu ke tempat khusus, lagi pula ibu tak membawa banyak baju untuk jalan-jalan bukan?
:: Ibu.
Dasar anak ini, ibu masih mengawasi kalian.
Ibu masih tak bisa menerima Sasuke, meskipun dia berusaha memperlihatkan sikap baiknya pada kedua orang tuaku.
"Hey."
Huaa!
Menutup hidungku, aku akan mimisan jika dia terus seperti ini.
"Bi-bisakah kau tak hanya menggunakan handuk saat aku ada disini?" Ucapku, risih.
"Aku tak akan mendengarkan ucapanmu." Ucapnya, menatap kesal padaku. "Kau masih mencium bau aneh?" Tanyanya.
"Mencium bau apa?" Ucapku, bingung.
"Dasar, kau harus lebih dekat." Ucapnya, aku sampai terkejut, Sasuke menarik tanganku hingga berdekatan ke arahnya, tu-tubuhnya terlalu dekat, hanya beberapa jengkal dari hadapanku.
"Ba-bau apa maksudmu!" Ucapku, aku sampai tak berani menatapnya dan terus menundukkan wajahku.
"Kau benar-benar tidak mengerti, dasar gadis bodoh, apa kau tak sadar sejak tadi wanita itu menempel padaku, aku sampai bisa mencium bau parfumnya melekat pada pakaianku, apa dia tak tahu begitu banyak kuman yang mungkin saja berpindah padaku?"
Eh?
Mengangkat wajahku, tatapannya sedikit aneh, apa yang sedang di bicarakannya adalah Ino? Dalam syuting dan pemotertan tadi mereka harus terlihat lebih mesra dan intens, apa Sasuke mandi hanya karena risih ada wanita yang menyentuhnya? Pria aneh, dia benar-benar gila kebersihan dan anti terhadap orang di sekelilingnya, tapi mungkin itu hanya berlaku pada Ino atau wanita lain, mungkin saja, ini masih dugaanku, sebelumnya saat dia bersama Sai dan Sasuke tak melakukan hal ini.
"Jangan diam saja! Katakan sesuatu!" Teriaknya marah. Aku sampai harus menutup kupingku.
"Tenang saja, kau sudah bersih, sekarang hanya ada bau sabun yang kau gunakan." Ucapku dan tersenyum.
"Menyebalkan! Lain kali aku tak akan menerima projek dengan wanita seperti itu."
Rasanya sungguh lucu, dia seorang artis, mau tak mau akan memiliki projek dengan para wanita, tapi dia seperti tak menyukai partner semacam itu.
"Bergegaslah, kita akan bertemu kedua orang tuamu." Ucapnya.
Aku sampai melupakan hal itu, jadi agak gugup, aku tak tahu bagaimana menghadapi ibu, aku bahkan belum siap untuk membohonginya, ibu sangat pandai membaca sikapku, aku harap kami tak ketahuan, jika ibu marah mungkin dia akan menyeretku kembali ke Suna dan memaksaku menikahi Sasori, haa..~ jika saja ibu tahu bagaimana Sasori, ini tidak akan sulit, tapi di mata mereka Sasori tetap menjadi pria terbaik.
"Ada apa?" Tanya Sasuke padaku, aku hanya mematung dengan segudang rasa cemasku akan melakukan rencana ini.
"Aku tak tahu harus bagaimana."
"Aku akan membantumu, jadi tenang saja." Ucapnya, masih berusaha meyakinkanku, dia jauh terlihat lebih santai.
.
.
TBC
.
.
update...~
yaa.. tahun ini author memilih liburan di rumah saja, lagi malas kena macet, malas bawa kendaraan jauh, yaa, rumah paling nyaman untuk tahun ini hehehehh..., *curhat lewat*
sepertinya author belum siap untuk melanjutkan fic yang lain, jadi sabar aja dulu yaa, kemungkinan author mau kelarin fic ini, author udah target chapternya, soalnya ini fic pelarian dan akhir-akhir ini author keseringan baca komik tentang idol atau artis, jadi kepengan aja buat XD.
haa...~ akhirnya libur yang singkat ini akan berakhir hari ini, semangat! semangat! besok dah mulai aktifitas lagi. _
.
.
See you next chap!