Chapter 16
Disclaimer :
Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*
Warning :
OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. Di larang mengcopy tanpa seijin author.
.
.
Peringatan...!
Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.
.
Enjoy for read
.
But
.
Don't like Don't Read
.
.
[ Chapter 16 ]
.
.
.
[Restoran star]
Kami datang lebih awal, restoran mewah, berkelas dan harus di reservasi lebih awal, Sasuke menghabiskan berapa banyak uang hanya untuk mengundang orang tuaku makan malam? Ini terlalu berlebihan.
"Apa kau sedang membangkrutkan dirimu?" Bisikku padanya.
"Jika kau ingin berbohong harus lebih niat, aku tak suka bekerja setengah-setengah. " Ucapnya, angkuh. Aku tahu kau sangat kaya.
Kenapa harus di bawa serius seperti ini? Padahal ada begitu banyak restoran keluarga yang jauh lebih terasa nyaman, makanan disini pun sangat mahal.
Tidak begitu lama, akhirnya kedua orang tuaku datang, tatapanku terfokus pada penampilan mereka, seorang pelayan yang tengah menunggu mereka di depan, menuntun mereka masuk, ayah terlihat lebih gagah dengan jas hitam itu dan ibu terlihat lebih cantik dengan gaun malam yang indah itu, apa Sasuke yang memilihnya? Dia begitu pandai untuk hal semacam ini, sebelumnya, dia juga pernah membelikan gaun malam untukku, Sasuke itu punya banyak kelebihan selain jadi artis, dia pun pandai memilih gaun.
"Kami berterima kasih atas undangan dan semuanya yang kau lakukan pada kami." Ucap ayah, dia terkesan lebih ramah dari pada tatapan ibu yang terus saja menatap tak terima pada Sasuke.
"Aku senang bisa menjamu kalian dengan baik." Ucap Sasuke, dia memang raja akting.
"Aku tak begitu tersanjung untuk semua kebaikanmu ini, apa hanya untuk menyenangkan hati para orang tua atau kau sedang pamer dengan apa yang kau miliki." Ucap ibu, bahkan menatapnya dengan sinis, aku sedikit malu melihat tingkah ibu pada Sasuke, aku jadi penasaran bagaimana Sasuke bisa menghadapi ibu.
"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa untuk bertemu kalian." Ucap Sasuke, hari ini dia begitu tenang.
"Sudahlah istriku, ketika seseorang memiliki niat baik, kita harus menerimanya." Ucap ayah, aku sudah punya pendukung disini, namun ibulah pendukung terkuat, Sasuke harus lebih pintar lagi mengambil hatinya.
"Bukannya sudah ada seorang pria yang lebih niat dan bahkan kita sudah mengenalnya lebih lama, bagaimana dengan orang asing yang tiba-tiba masuk." Mulut ibu memang amat sangat tajam.
Melirik ke arah Sasuke, dia masih tetap tenang, apa yang tengah di pikirkannya? Aku harap dia tidak memarahi ibu, dia tak begitu senang jika seseorang membantahnya, ibu lihat situasinya, ada seorang iblis yang sebentar lagi marah besar, kenapa ibu hanya memperkeruh keadaan? Melirik ayah, dia pun seperti memberiku kode untuk mencairkan suasana yang menurut ayah cukup tegang ini, aku pun merasa seperti itu.
"Ayah dan ibu pasti sudah lapar, kalian pesanlah makanan yang ingin kalian makan." Ucapku, setidaknya ini membuat suasana lebih lega.
"Maaf atas ucapan ibuku, aku yakin dia hanya mencoba membuatmu kesal." Bisikku pada Sasuke.
"Kau pikir aku akan kalah semudah itu? Lihat saja nanti." Bisiknya padaku.
"Eh-hem, bisakah kalian memperlihatkan kesopanan di hadapan orang tua?" Sindir ibu.
Kami hanya bisik-bisik dan di anggap sedang mempertontonkan kemesraan, ibu benar-benar akan menghabisi kami malam ini.
"Kita mulai saja. Jadi namamu Uchiha Sasuke, nama yang terdengar bagus, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya ibu, akhirnya dia memulai menyerang Sasuke dengan banyak pertanyaan, aku sudah katakan pada Sasuke untuk tidak mengatakan jika dia artis terkenal, ibu itu sangat pintar, dia mungkin akan mencari tahu kebenaran tentang Sasuke, apalagi statusnya yang beredar jika dia masih seorang pria lajang.
"Aku hanya direktur utama di perusahaan keluarga." Ucap Sasuke, itu juga benar, dia adalah direktur utama, meskipun sekarang yang sedang mengurusnya adalah Kabuto sebagai manager sekaligus wakil direktur bagi Sasuke, dia tak sepenuhnya berbohong pada ibu.
"Bagaimana dengan kedua orang tuamu?"
Ini adalah pertanyaan yang cukup sensitif, menatap ke arah Sasuke, dia terdiam sejenak, tak seperti saat ibu menanyakan tentang pekerjaan, dia menjawab dengan begitu cepat, tanpa sadar menggenggam tangannya, Sasuke menoleh ke arahku, tersenyum padanya dan memberinya anggukan kecil, aku hanya ingin memberinya sedikit dukungan jika tak apa dia mengatakan yang sebenarnya, aku ada bersamanya.
"Saat umurku 8 tahun kedua orang tua mengalami kecelakaan, keduanya tak bisa di selamatkan, sedangkan aku, aku masih selamat. Jadi aku meminta maaf karena tak bisa turut membawa mereka hadir dan bertemu paman dan bibi." Ucap Sasuke.
Sejenak ibu tak nampak ingin mengatakan apa-apa, ayah pun begitu, keduanya hanya menatap Sasuke, seperti adanya rasa iba setelah mendengarnya berbicara.
Setelah ucapan Sasuke tentang kedua orang tuanya, ibu jadi terlihat lebih santai saat menanyakan beberapa hal pada Sasuke, hanya masalah sepele dan juga dia sampai ingin tahu bagaimana aku dan Sasuke bisa bertemu, untung saja kami sudah membuat jawaban dari beberapa pertanyaan yang mungkin saja akan keluar dari ibu.
Makan malam ini berakhir dengan damai, aku merasa lega ibu tak terlalu banyak bertanya hal lain, aku rasa cerita tenang kedua orang tua Sasuke cukup membuat ibu tersentuh dan menghilangkan rasa tak senangnya itu padaku.
Aku, ayah dan ibu akan pulang bersama, kami berpisah, Sasuke mungkin akan di jemput Kabuto dan pak Do akan mengantar kami pulang.
"Kemarilah." Ucap ayah pada Sasuke sebelum kami masuk ke dalam mobil. Sasuke bergerak ke arah ayah dan sebuah pelukan yang di dapatnya. "Aku yakin kau akan menjadi anak yang hebat dan kedua orang tuamu akan bangga." Ucapan ayah sempat membuat mata onyx itu melebar, aku yakin Sasuke tak menyangka akan mendapat perlakuan sedikit istimewa dari ayahku.
"Cepatlah, aku sudah mengantuk." Tegur ibu pada ayah. "Dan kau, turun dari sini, ibu tak mau mengganggu kalian sejenak, tapi jangan terlalu lama pulang." Ucap ibu padaku, aku jadi harus turun dari mobil dan pak Do mulai melajukan mobilnya.
"Yaa, aku rasa mereka ingin aku menemanimu." Ucapku, bingung harus mengatakan apa pada Sasuke.
"Bagaimana aktingku?" Tanyanya padaku, kembali mengeluarkan sikap aslinya, dia tengah menyombongkan dirinya.
"Kau 'kan artis berbakat, aku tak akan ragukan lagi." Ucapku.
"Sepertinya Kabuto akan sedikit lama. Bagaimana jika berjalan-jalan di sekitar sini."
"Aku tidak mau, lihatlah, kau tahu sepatu ini akan menghancurkan kakiku." Ucapku.
"Itu sepatu yang hebat."
"Hebat apanya! Sepatu highless ini terlalu tinggi! Kenapa kau memberiku sepatu seperti ini!" Protesku, betis ini sudah sangat pegal.
"Itu akan membuatmu setidaknya bertambah beberapa senti, kau terlalu pendek, orang-orang sulit melihatmu." Ejeknya. Selalu saja memberiku ejekkan. "Aku akan menggendongmu jika tak bisa jalan." Ucapnya, tiba-tiba saja menggenggam tanganku dan menarikku lebih dekat ke arahnya, dia benar-benar membawaku berjalan di sekitar sini, di area sekitar sini pun terlihat sangat indah, lampu jalan yang seperti bintang-bintang kecil yang di gantung, pepohonan, gedung-gedung lain yang bersebelahan dengan cahaya lampu warna-warni mereka masing-masing dan beberapa tanaman bunga meskipun sudah malam tetap saja indah.
Waktu terasa begitu lambat, angin berhembus perlahan, tanganku masih tetap hangat dalam genggamannya, tersadar akan hal ini, segera menarik tanganku darinya.
"A-aku bisa jalan sendiri!" Tegasku, melepaskan genggaman tangannya dan berjalan lebih cepat, tidak perlu harus berjalan beriringan 'kan? Ini membuatku malu, kenapa dia begitu santai menggandeng seseorang yang tak memiliki hubungan dengannya?
"Aaaa...!"
Terduduk di trotoar, ujung bagian runcing sepatu ini tersangkut pada lubang kecil dan membuatku terjatuh, bagian itu sampai patah dan kakiku terkilir.
"Ini semua salahmu! Sepatu ini benar-benar pembawa masalah!" Kesalku padanya dan melempar sepatu yang sudah rusak itu.
Hahahahahahah.
"Kau lihat bagaimana kau jatuh? Itu sangat konyol."
Sasuke tertawa? Wah, ini adalah pemandangan yang langka, dia tertawa begitu puas, tapi sadarlah, dia sedang menertawaimu.
"Jangan tertawa seperti itu! tidak lucu!" Kesalku.
"Jadi, jelaskan kenapa kalian tak menungguku di restoran dan malah berlesehan disini." Ucap Kabuto, kami tak sadar dia sudah datang.
"Ini salah Sasuke, dia mengajakku jalan." Ucapku.
Kabuto pasti mencari-cari kami, Sasuke saja yang tak bisa tenang, dia malah mengajakku jalan.
"Sudahlah ayo cepat, aku akan mengantar kalian." Ucap Kabuto.
Aku kesulitan berdiri dan kaki ini kenapa harus keseleo!
Huaah!
"Pegangan atau kau akan jatuh." Ucap Sasuke.
Aku benar-benar terkejut, Sasuke mengangkatku dan menggendongku.
"Ada apa?" Tanya Kabuto.
"Dia terjatuh dan mungkin saja ada masalah pada kakinya, kita ke rumah sakit dulu, setelahnya membawanya pulang."
"Apa? Tidak perlu sampai ke rumah sakit. Aku tak apa-apa." Ucapku, Sasuke terlalu berlebihan.
"Diam dan jangan berisik, aku sudah mengatakan padamu pegang dengan baik-baik, jika kau jatuh, aku tak akan tanggung jawab."
"Itu benar Sakura, kau harus di periksa dan di obati." Ucap Kabuto.
Kedua pria ini sama saja, tentunya mereka akan saling mendukung, mereka pun mulai berjalan, Sasuke memang sangat tinggi, saat di angkat pun aku melihat cukup jauh ke bawah, sedikit malu, tapi aku tak mau mendengar omelannya, mengalungkan lenganku pada lehernya, menatap ke arah wajah itu, dia begitu santai dan tenang menggendongku.
"Makanlah yang banyak, Aku seperti membawa kapas." Ucapnya, lebih tepat sedang mengejekku.
"Jangan mengejekku lagi!" kesalku.
.
.
.
.
Hanya duduk sofa, semalam karena sepatu bodoh itu, kakiku benar-benar dalam masalah dan kata dokter jangan berjalan sementara dulu, aku sampai melihat perban yang melilit untuk menjaga-jaga agar kakiku segera sembuh, ini sangat berlebihan.
Ayah dan ibu telah kembali ke Suna, rumahku menjadi sepi kembali, aku pikir ayah dan ibu akan menaiki taksi, tapi si muka tebal Sasori itu sudah menawarkan diri untuk mengantar mereka, aku pikir ibu sudah akan setuju ketika aku bersama Sasuke, meskipun hanya bohong.
Sementara itu.
"Bagaimana kau bisa tinggal di rumah yang kecil ini? Begitu banyak perabot yang di tata asal-asalan, ini tak menghasilkan keindahan dalam sebuah rumah." Ucap Sasuke.
Aku pikir akan libur selama kaki ini masih terkilir, tapi pria itu malah datang ke rumahku dan sibuk memperhatikan dan mengoreksi isi rumah ini.
"Jika kau tak senang disini, kembalilah ke apartemen mewahmu itu." Ucapku, sedikit menahan diri.
Sasuke meliburkan diri, dia tak akan mengambil job apapun hingga kakiku sembuh, pria ini benar-benar bodoh, dia bisa bekerja bersama Kabuto, kenapa malah melibatkanku?
"Aku akan menemanimu, seharusnya kau berterima kasih padaku, bos mana yang akan menemani pekerjanya selama dia sakit?" Ucapnya, bahkan dengan nada angkuh itu.
"Aku tak butuh, pulanglah atau bekerjalah." Ucapku, menatap malas ke arahnya.
"Jangan mengusirku, aku sedang mencoba bertanggung jawab, aku yang membeli sepatu itu, apa kau tak ingat?"
Berdebat dengannya tidak akan menyelesaikan apapun, memilih menonton tv meskipun siaran itu tak menghibur.
Tok tok tok.
Seseorang mengetuk pintu.
.
.
TBC
.
.
update...~
semangat kerja dan semangat beraktifitas hari ini! iri sama anak-anak sekolah yang masih pada libur. *nyadar umur woii* XD
mari bahas chapter ini, author cukup menikmati alur yang mengalir ini, meskipun sudah ada percikan-percikan yaa gitu deh, tapi yang alami lebih terasa berkesan XD. (sok romantis)
.
.
See you next chap!