Chapter 17
Disclaimer :
Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*
Warning :
OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. Di larang mengcopy tanpa seijin author.
.
.
Peringatan...!
Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.
.
Enjoy for read
.
But
.
Don't like Don't Read
.
.
[ Chapter 17 ]
.
.
.
Tok tok tok.
Seseorang mengetuk pintu.
"Biar aku yang membukanya, jangan banyak gerak, jika kakimu terluka lagi, aku yang akan repot." Ucap Sasuke, bukan kamu yang repot, tapi kau sendiri yang membuat dirimu repot.
Braak!
Aku bisa mendengar suara pintu yang tutup dengan sangat kasar, berusaha berjalan dengan memegang dinding.
"Kenapa membanting pintu seperti itu! Apa kau mau merusaknya!" Marahku. "Dan siapa yang datang?" Aku bahkan tak mendengar suara apapun, hanya ada ketukan.
"Tidak ada orang, kau mungkin hanya salah dengar." Ucap Sasuke, dia seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
"Sakuraa! Apa kau ada di dalam! Ini aku!" Teriak seseorang dari luar, itu seperti suara Sai.
"Masih berbohong padaku jika tidak ada orang?" Ucapku, menatap datar pada Sasuke.
Pada akhirnya.
"Aku ingin menjengukmu, aku membawakanmu kue yang waktu itu kita makan bersama." Ucap Sai. Aku tak percaya jika pria ini akan datang menjengukku.
"Terima kasih, tapi aku tak bisa menjamumu." Ucapku, dan memperlihatkan perban di kakiku.
"Tidak perlu, aku hanya datang ingin melihat keadaanmu saja, aku tak menyangka ada yang sampai berani melakukan ini padamu." Ucap Sai, lebih tepatnya dia tengah menyindir Sasuke.
"Bagaimana kau bisa tahu alamat Sakura?" Tanya Sasuke, sejak Sai datang wajahnya tak pernah senang.
"Kabuto memberiku alamatnya." Ucap Sai dengan wajah penuh senyum kemenangan itu, seperti ada background hamparan bunga berada di sekitar Sai.
Sedangkan Sasuke, seakan ada kobaran api pada punggungnya, dia pun menghubungi Kabuto dan marah-marah padanya.
"Kenapa kau memberi alamat Sakura pada Sai!" Teriaknya.
"Kenapa?"
"Jangan bertanya! Aku ada disini!"
"Aku tak tahu jika kau berada di rumah Sakura, aku pikir Sakura sendirian, jadi mungkin Sai bisa menemaninya."
"Aku akan menurunkan jabatanmu!"
Tuk!
Seakan hanya dia seorang diri di rumah ini, ucapannya pun terdengar begitu keras, kasihan Kabuto.
"Kau sudah melihatnya, sekarang pulanglah." Usir Sasuke.
"Aku akan pulang jika tuan rumah yang menyuruhku." Ucap Sai.
Sebentar lagi ada perang dunia di rumahku, aku harap mereka tak menghancurkan beberapa barang.
Tok tok tok...~
Kembali ada yang mengetuk pintu.
"Biar aku yang akan membukanya." Ucap Sai.
"Tidak perlu, biar aku yang akan membukanya." Ucap Sasuke.
Keduanya saling bertatapan dan sibuk ingin membuka pintu, sekarang bukan kakiku yang sakit, tapi kepalaku yang pusing, melihat mereka seperti anak kecil yang berlomba-lomba ingin membuka pintu duluan.
Braak!
Sama seperti Sasuke, tapi kali ini mereka berdua yang menutup pintu itu dengan kasar.
"Apa kalian mau menghancurkan pintuku!" Teriakku, marah.
Kepalaku bertambah sakit saat melihat tamu yang datang.
"Kedua orang tuamu sudah berangkat, aku membawakan bubur ayam untukmu, ta-tapi kenapa begitu banyak orang di rumahmu?" Ucap Sasori, cukup canggung melihat situasi disini.
"Jangan tanya padaku, sekarang pulanglah." Ucapku.
Meskipun tak adil, aku tak senang Sasori berada di rumahku.
"Kau dengar itu? Dia menyuruhmu pulang." Ucap Sasuke.
"Disini terlalu sempit jika terlalu banyak orang, kalian pulanglah." Ucap Sai, dia pun mengusir Sasuke.
"Ha? Apa yang kau katakan? Dia adalah asisten pribadiku, aku akan bersamanya disini, kalianlah yang pulang." Ucap Sasuke.
"Aku adalah temannya, teman menjenguk itu adalah hal yang wajar." Ucap Sai.
"Aku rasa kalian sebaiknya pulang, Sakura hanya ingin ketenangan, aku akan menemaninya." Ucap Sasori.
"Lebih baik kau yang pulang."
"Kau saja!"
"Kalian yang pulang!"
"BERIISIKK! KALIAN SEMUA PULANG!" Teriakku, marah.
Aku benar-benar marah pada mereka, bukannya membuat ketenangan untukku di rumah, mereka pun ribut di dalam rumahku, kepalaku sebentar lagi akan pecah. Mengusir mereka dan mengunci pintu rumahku, aku tak peduli jika mereka mengetuk pintu dan memohon meneriakkan namaku.
.
.
.
.
Pukul 21:30
Tok tok tok
Ketukan di pintu itu membuatku kesulitan, aku harus berjalan perlahan-lahan dan memegang dinding, kaki ini cukup sakit saat aku mencoba berjalan normal, akhirnya sampai di pintu dan membukanya.
"Sasuke?"
"Aku tak bisa tidur." Ucapnya, bahkan tak menatapku.
"Tapi kau lihat sendiri, aku kesulitan berjalan." Ucapku.
Saat siang tadi, aku sudah mengusir mereka, meskipun merengek ingin masuk, aku tidak peduli pada mereka hingga akhirnya rumahku benar-benar tenang, Sekarang Sasuke datang hanya karena dia masih tak bisa tidur sendirian, sekarang pun dia mungkin masih marah pada Kabuto karena telah memberikan alamatku begitu saja pada Sai, dia tidak ingin menghubungi Kabuto menemaninya tidur.
"Aku akan membantumu." Ucapnya, bergerak ke arahku dan menggendongku begitu saja.
"A-apa yang kau lakukan? Aku akan jalan sendiri." Ucapku, panik.
"Pak Do, tolong bawa barang yang di perlukan Sakura dan jangan lupa mengunci pintunya." Ucap Sasuke, dia mengabaikan ucapanku.
"Apa kau tak bisa mendengarkanku terlebih dahulu?" Ucapku, selalu saja melakukan seenak jidatnya.
"Aku tidak butuh ucapan darimu." Ucap Sasuke, mulai berjalan ke arah mobil.
Aku merasa tak nyaman jika di gendong seperti ini olehnya, pacar bukan, istri pun begitu, apa dia selalu menggendong para wanita seperti ini? Sasuke memasukanku ke dalam mobil dengan perlahan, pak Do sudah mengunci pintu rumah dan memberikan tas milikku, di dalamnya hanya ada ponsel, dompet dan pak Do menaruh kunci rumahku di dalamnya.
Mobil ini mulai melaju, menatap Sasuke, dia begitu tenang dan hanya memandangi keluar jendela mobil.
Selama kakiku terluka Sasuke melarangku untuk tinggal sendirian dan apa yang di lakukannya? Dia tak juga bekerja. Kabuto sampai harus datang dan membujuknya, begitu banyak sponsor cukup kecewa mendengar Sasuke masih tak bisa menerima job.
"Pergilah bekerja." Ucapku.
"Tidak, dan jangan memerintahku." Tegasnya.
Haa..~ cukup sulit menangani pria besar ini, sikapnya benar-benar seperti anak kecil sekarang.
"Baiklah, aku akan segera pulang." Ucapku, aku tak akan menjadi lemah di hadapannya.
"Aku tak menginjinkanmu."
"Aku pulang atau kau bekerja, ayolah, hanya bekerja saja, aku akan baik-baik saja diapartemenmu." Ucapku.
Apa-apaan itu? Apa dia tengah khawatir padaku? Lagi pula selama bersamanya dia benar-benar merawatku dengan baik, perban yang rajin di ganti dan obat yang selalu tepat waktu di berikannya, aku rasa kakiku mulai bisa digunakan meskipun masih ada rasa nyeri.
Menatapnya, Sasuke hanya terdiam dan menatapku dalam diam, apa yang tengah di pikirkannya?
"Sasuke." Berusaha membujuknya.
"Kau yakin kau bisa melakukan segalanya selama aku bekerja?" Tanyanya. Kau membuatku jadi gagal paham akan sikapmu ini, ini semacam seseorang yang begitu khawatir padamu.
"Tentu!" Tegasku.
Dia terlihat menghela napas, kecewa? Atau tak senang? Aku sudah tidak apa-apa, lagi pula aku hanya akan duduk santai dan tak mengerjakan apapun selama dia bekerja.
"Jangan pernah melakukan apapun selama aku pergi, tak perlu mengurus apartemen, jangan memasak, pesanlah makanan apapun, aku akan meninggalkan kartu kreditku padamu." Ucapnya.
Mengangguk pasrah, pada akhirnya Sasuke mau bekerja jika aku tetap tenang agar kakiku cepat sembuh.
.
.
.
.
Kembali bekerja seperti biasanya, kakiku sudah sembuh seminggu yang lalu, aktifitas padat dan akan berakhir saat malam hari, kakiku pegal, aku ingin segera istirahat, melirik ke arah Sasuke, hari ini dia terlihat sedikit pendiam, Kabuto telah mengantar kami dan aku harus menemaninya masuk, oh ya, tentang mimpi buruknya, aku tak tahu sampai kapan dia akan berhenti membuatku tinggal bersamanya, aku cukup merindukan rumah dan kasurku, walaupun kasur yang Sasuke berikan padaku, jauh lebih empuk.
Keluar dari lif dan membuka pintu, aku hanya mematung saat melihat seorang wanita berada di dalam apartemen Sasuke.
"Sasuke!" Ucap wanita itu akrab, dia bahkan memeluk Sasuke begitu saja.
What!
Siapa dia? Kenapa dia begitu berani memeluk Sasuke yang anti di sentuh wanita!
Anehnya, Sasuke tetap tenang, dia bahkan membiarkan wanita itu memeluknya, terlalu menempel, ini membuatku sedikit risih.
"Kapan kau datang?" Ucap Sasuke.
"Aku baru saja tiba dan langsung datang ke apartemenmu, tapi ternyata kau sedang bekerja, yaa." Ucap wanita itu, dia terlihat cantik, ramah, tinggi, bak model, matanya mengarah padaku. "Siapa dia?" Tanyanya.
Onyx itu mengarah padaku, ada apa? Dia bahkan tak menjawab, Sasuke hanya terdiam dan terus menatap ke arahku.
"Aku asisten Sasuke." Ucapku. Hanya seperti itu saja tak bisa di katakannya, ada apa denganmu Sasuke! "Namaku, Haruno Sakura." Tambahku.
"Hanare, salam kenal." Ucapnya ramah, dia bahkan mendekat ke arahku untuk berjabat tangan, rambut hitam panjang dan ada tahi lalat di bawah matanya, itu membuatnya jauh lebih manis dan terlihat begitu dewasa, sepertinya umurnya jauh lebih tua dari Sasuke.
"Aku akan tinggal sementara waktu di sini, di kediaman begitu sepi dan hanya ada para pelayan." Ucap Hanare.
Sasuke mengangguk, dia mengijinkan wanita ini tinggal bersamanya, aku penasaran dengan hubungan mereka, Hanare bahkan tak mengatakan apa hubungan mereka, semacam, hai, aku sepupu Sasuke atau hai, aku saudara jauhnya.
"Sakura kau bisa pulang." Ucap Sasuke.
Pamit pada mereka dan bergegas, aku merasa seperti sedang mengganggu saja, tatapan Sasuke tadi, dia begitu tenang, dia bahkan tak memasang wajah marah atau kesalnya pada Hanare, dia pun terlihat sedikit canggung padaku, memperkenalkanku pada Hanare saja begitu lama, apa dia tengah bimbang atau tak mau Hanare tahu kalau aku semacam baby sitter baginya, mungkin saja Hanare tak tahu, satu hal lainnya, berdiri di luar bangunan apartemen, Sasuke tak memanggil pak Do untuk mengantarku, biasanya dia sangat anti saat aku akan naik kendaraan umum saat pulang, katanya tidak aman lah atau apalah, sekarang saat bersama wanita bernama Hanare itu, dia bahkan seakan lupa aku harus pulang sendirian.
Memanggil taksi dan untung saja masih ada yang beroperasi, di jam segini bus sudah tak beroperasi lagi, Sasuke mungkin saja sudah tidak akan peduli bahkan aku pulang tengah malam, mengingat kembali Hanare dan Sasuke, rasanya ada yang aneh, apa ini? Aku merasa sedikit sesak pada bagian dadaku, tidak-tidak! Aku terlalu banyak memikirkan hal aneh-aneh.
Tringgg...~
:: Sasuke.
Kau ada dimana? Aku akan menghubungi pak Do untuk mengantarmu, sekarang tunggulah.
Kenapa dia baru mengingatku? Dasar bodoh.
:: Sakura.
Aku sudah berada di taksi dan tak lama lagi akan sampai, tak perlu meminta pak Do untuk mengantarku.
Hari ini cukup lelah, tiba-tiba ada seorang wanita yang tak biasanya datang di hadapanku, Sasuke tak pernah menunjukkan sikap seperti itu pada wanita manapun, dia akan selalu risih dan merasa mereka itu seperti kuman yang mungkin akan membuatnya sakit, dari semua itu, aku sadar akan satu hal, dia tak pernah merasa risih padaku saat aku menyentuhnya, aku pikir hanya aku yang bisa menyentuhnya seperti itu, tapi masih ada seseorang lagi yang bisa melakukannya.
Rasanya benar-benar aneh, mungkin hanya kelelahan, setelah tidur aku merasa lebih baik esoknya.
Ending Sakura pov.
.
.
TBC
.
.
update...!
yak, kali ini author akan memulai alur yang cukup rumit, semoga tak terhenti di tengah jalan lagi akibat malas melalui alur ini, wkwkwkw, ah, nggak, author udah bersiap untuk alur semacam ini,
Lalu fic lain bagaimana thor! Jangan bikin PHP thor!
Sabar yaa, author benar-benar sedang hilang feel sama mereka(Fic TBC), jadi kesulitan. XD
kenapa Hanare? bukan Karin atau yang lainnya.
author punya alasan tersendiri kenapa Hanare, jika kalian tak punya bayangan tentang Hanare, lihatlah om google, dia juga salah satu karakter lewat di anime Naruto, dan dia cukup cucok jadi wanita yang seperti author harapkan. Ini biar nggak ada yang nanya lagi. author juga udah sering memasukkan Hanare ke dalam fic author yang lainnya, kadang jadi orang baik, kadang jadi orang menyebalkan, yaah, kadang-kadang begitu.
.
.
See you next chapter!